Sabtu, 29 Januari 2011

Penyakit Bercak Putih (White Spot)

Banyak kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit yang satu ini, Penyakit ini menyerang tambak intensif,semi intensif bahkan tradisional sekalipun dan mudah menyebar di Indonesia karena para petambak tidak disiplin dalam membuang air, menggunakan air pengelolaan pakan dan memanfaatkan tandon.


Gejala yang ditimbulkan diantaranya :
• Konsumsi pakan di anco tiba-tiba meningkat secara abnormal,warna kotoran beragam
(coklat, merah, putih berlendir)
• Usus udang terlihat berisi kotoran yang terputus-putus
• Udang yang sakit nampak lemah,berenag di permukaan tambak,dan minggir dan
akhirnya mati di tepi pematang
• Jumlah udang yang mati meningkat dari hari ke hari
• Dua hari setelah udang terlihat lemah, mulai tampak bercak-bercak putih (seperti
panu dengan diameter 0,5 - 2 mm), mula-mula terlihat di karapas bagian kepala
(chepalothorax)

Penyebab
Penyebab penyakit bercak putih ini adalah virus yang disebut "Bacilliform". Dalam istilah asing penyakit ini dinamai SEMBV (Systemic Ectodermal and Mesodermal Baculovirus), karena virus ini menimbulkan kerusakan dan kematian sel (necrosis multivocal) pada jaringan ektodermal dan mesodermal seperti : sel epitel subkutikuler (kulit bagian dalam). Nekrosis pada sel epitel subkutikuler inilah yang mengahsilkan bercak putih pada kulit udang.

Penularan
Virus ini mudah sekali menyebar baik secara vertikal maupun horizontal, artinya virus ini dapat menular melalui induk ke anak maupun kontak langsung dengan udang sakit,air maupun peralatan bekas pakai.
Penularan juga dapat melalui hewan pembawa (carrier) seperti : kepiting,rajungan,rebon,jambret,wideng dan udang-udang liar lainnya yang masuk dalam sistem tambak selama ganti air. Virus ini mudah sekali menyebar ke udang lain melalui proses saling makan (kanibalisme).

Pencegahan yang disarankan :
1. Persiapan tambak yang baik dengan cara membuang lapisan atas sedimen,mencuci
dasar tambak,pengeringan yang sempurna, dan atau menggunakan desinfektan
2. Tidak menggunakan air langsung dari sumber (laut maupun sungai)
3. Air dapat disedimentasi,diaerasi atau didesinfeksi 30 ppm sebelum digunakan
4. Gunakan benur yang benar-benar sehat (melalui uji benur) dan berasal dari
pembenihan yang tidak mempunyai riwayat penyakit
5. Hindari padat tebar yang berlebihan
6. Mencegah masuknya hewan liar yang berpotensi sebagai "cariier"/pembawa virus
7. Menjaga kestabilan dan mutu kualitas air tetap dalam kondisi optimal terutama
salinitas, pH, oksigen dan kekeruhan plankton
8. Air limbah terutama dari tambak yang terserang wabah harus didesinfeksi dengan
kaporit 20 ppm sebelum dibuang agar tidak mencemari lingkungan dan mencegah
penyebaran virus di sekitarnya
9. Menjaga kebersihan dasar tambak dengan pemberian pakan dan penempatan kincir
yang tepat
10.Menerapkan program pemberian pakan yang baik dengan pellet yang komplit dan
bermutu serta tidak menggunakan pakan segar yang tidak potensial sebagai
"carrier"
11.Gunakan sistem tertutup,semi tertutup, dan resirkulasi untuk mencegah masuknya
agen penyakit dari luar
Koordinasi antar petambak di sekitarnya terutama dalam hal desinfeksi air limbah tambak dan waktu pembuangannya.

Info Dari berbagai sumber.

Artikel Terkait

3 komentar:

  1. salam Hangat. saya tertarik dengan pembudidayaan udang yang bapak terangkan. mohon kiranya bapak dapat memerikan estimasi biaya untuk pemula, dengan asumsi saya punya lahan 1 hektar dapat membudidayakan masimal berapa?
    Terima kasih.
    hormat saya Sinaga

    BalasHapus
  2. Salam juga Pak Melky, biaya untuk budidaya udang tergantung dari sistem budidaya yang kita terapkan apakah tradisional, semi intensif, intensif atau supra intensif karena menyangkut peralatan yang disediakan. Sebagai contoh untuk lahan 1 ha kita mau tebar berapa benur/m nya, misalnya 100/m maka dibutuhkan minimal 8 kincir kalau kita mau intensif, tinggal dihitung biayanya ditambah biaya peralatan lainnya seperti pompa air laut, genset bila listrik mati maupun biaya benur, biaya pakan, obat2an dll, jadi untuk menghitungnya tentukan dulu jenis jenis budidaya yang akan diterapkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pak Marjoko, melanjutkan pertanyaan dari Pak Melky di atas, kalau untuk pengelolaan tambak intensif kira-kira rincian detail nya berapa? (Mulai dari persiapan infrastruktur tambak (alas plastik atau cement), berapa KV kapasitas genset beackup, berapa kincir, berapa benur dan pakan serta biaya operational). Dan kalau Bapak ada file rincian detail nya, mohon agar berkenan di share. Terima kasih.

      Hapus