Senin, 23 April 2012

Early Mortality Syndrome (EMS) pada Vannamei


Pada posting berikut ini saya ingin memberikan sedikit info mengenai fenomena EMS (Early Mortality Sindrome). Belum banyak sumber yang mengulas mengenai topik ini, meskipun dampaknya terhadap budidaya udang khususnya Vannamei sangat nyata dan menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi petambak. Fenomena EMS disebut bila terjadi kematian udang dalam jumlah yang besar pada umur-umur awal budidaya, biasanya antara umur 20- 30 hari.

Dilaporkan bahwa EMS telah Outbreak di  Vietnam dan menjadi Endemi di China dan Malaysia sepanjang tahun 2011 dan diprediksi akan menginfeksi di Indonesia, jadi bila di tambak terjadi kematian di umur-umur awal budidaya (20-30) hari berhati-hatilah mungkin EMS sedang “bergerilya” di tambak anda.

Ciri-ciri klinis yang mudah kita kenali adalah dari hepatopancreas udang akan berwarna hitam, kadang merah dan umumnya kuning dan mengecil. Kematian di dasar terjadi meskipun performance pakan normal, tidak ditemukan patogen pada udang yang mati. Vibrio ditemukan di hepatopancreas yang telah rusak.

Kejadian ini lebih banyak dipacu karena pengelolaan tambak yang kita lakukan tidak sesuai dengan kemampuan daya dukung yang ada, densitas tebar yang terlalu tinggi diatas 120 pl/ m2, adanya over feeding pakan untuk mengejar ABW, Oksigen terlarut kurang maupun jumlah plankton yang tidak terkendali.

Pada beberapa kasus mengurangi jumlah pakan atau menghentikan pakan sementara dapat mengurangi mortalitas, bila terlambat penangananya Survival Rate (SR) bisa dibawah 30 %.
Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan berdasarkan kasus yang terjadi di lapangan, diskusi dan pertemuan antar teknisi yang membahas topik ini adalah sebagai berikut :
  1. Menyesuaikan jumlah tebar berdasarkan daya dukung tambak dan fasilitas yang ada, misalnya konstruksi tambak, sumber air, ketersediaan kincir & listrik, obat-obatan dan faktor lain yang mempengaruhi.
  2.  Menjaga agar transparansi air tidak terlalu pekat (blomming plankton).
  3. Pemakaian pakan yang terkontrol sehingga tidak over feeding.
  4.  Mempertahankan DO air pada kisaran 4 ppm.
  5.  Menjaga jumlah Vibrio di tambak pada kisaran aman.      
  6. Pengecekan parameter air secara rutin untuk mencegah naiknya bahan kimia berbahaya di tambak seperti H2S, NH3, NO2 dll.

Demikianlah beberapa ulasan yang dapat penulis sampaikan semoga berguna bagi para pelaku budidaya.

Artikel Terkait

3 komentar:

  1. artikel yang sangat menarik mengenai EMS..saya pembudidaya udang windu Pak, membaca ulasan Pak Marjoko mengenai EMS yang terjadi pada udang vannamae, dan membandingkan dengan apa yang terjadi pada budidaya udang windu di daerah tempat saya, saya pikir ciri-ciri EMS yang terjadi pada vannamae dan windu ternyata sama ya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. EMS hanya sebutan saja Pak Ilham, intinya kematian yang terjadi di awal budidaya, jadi antara Vannamae ataupun Windu sama saja.

      Hapus