Sabtu, 18 Februari 2012

6 anggapan umum dalam Budidaya Udang

Disaat semakin berkembangnya pola budidaya udang yang mengarah ke pola “super intensif” dengan padat tebar tinggi , ternyata masih banyak yang hanya mengejar “prestise” sehingga bukan hasil tinggi yang diperoleh tetapi putus di tengah jalan karena adanya penyakit yang menghadang sehingga harus dipanen di umur yang belum ekonomis.




Perubahan pola budidaya seharusnya diikuti dengan penerapan syarat teknis yang mendukung pelaksanaannya. Sering terjadi penerapan pola baru oleh petambak hanya mengacu pada sebagian persyaratan dari banyaknya syarat yang harus dipenuhi untuk melaksanakan pola budidaya yang dianut dengan kata lain mencari yang mudah dan bisa dan menghindari yang tidak bisa atau membutuhkan biaya yang besar.

Berikut ini adalah anggapan umum yang sering ada:
1. Padat tebar tinggi pasti hasilnya besar.
2. Pola budidaya terbaru adalah jaminan keberhasilan.
3. Pemakaian salinitas rendah pasti lebih bagus.
4. Penggunaan Pakan yang tinggi  pasti hasil panen lebih bagus.
5. Pemakaian biaya rendah pasti untungnya besar.
6. Memakai “matematika pabik” untuk mengelola budidaya Udang.

Padat tebar tinggi belumlah jaminan mendapatkan hasil yang besar bila tidak ditunjang oleh pemakaian daya dukung yang tepat, misalnya : jumlah kincir yang terbatas, sumber air yang tidak mencukupi, obat-obatan yang sekedarnya ataupun sumber daya manusia yang minim pengalaman. Jadi bila kita ingin meningkatkan hasil dengan meningkatkan jumlah tebar haruslah diikuti dengan penambahan kincir yang cukup, sumber air yang melimpah, obat-obatan yang memadai, sumber daya manusia yang terlatih dan pola budidaya yang tepat.

Banyak petambak tergiur dengan hasil yang tinggi dengan pola budidaya terbaru yang “canggih” tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua mendapatkan hasil yang diinginkan, karena sebagian besar hanya melaksanakannya  dengan “setengah hati” sehingga hasilnya juga tidak sesuai harapan. Pola budidaya modern pasti membutuhkan biaya, syarat konstruksi dan tenaga yang terlatih untuk menanganinya, bila syarat tersebut tidak terpenuhi maka bukan hasil yang diperoleh tetapi “masalah dan penyakit Udang” karena detail kerja kurang berjalan sebagaimana mestinya.

Udang memiliki  persyaratan salinitas yang optimal untuk pertumbuhanya, tidak dipungkiri bahwa pada salinitas tinggi pertumbuhan Udang agak terhambat tetapi banyak petambak yang beranggapan bahwa pemakaian salinitas yang rendah tentu menjamin kesuksesan karena Udang tentu tumbuh lebih bagus, sehingga banyak yang menggunakan air tawar tanpa monitor yang cukup terhadap salinitas air tambak.   Kandungan mineral yang rendah pada air tawar cenderung menjadi kendala apabila tidak didukung pengetahuan yang cukup untuk mensiasatinya. Jadi perlu monitoring yang tepat untuk menggunakan air tawar sehingga diperoleh pertumbuhan yang bagus tanpa mengorbankan kebutuhan udang akan mineral yang cukup.

Pakan yang cukup mempengaruhi pertumbuhan Udang, sehingga banyak anggapan bahwa dengan meningkatkan pemakaian pakan yang tinggi akan pula menjamin pertumbuhan yang bagus. Anggapan ini tidak sepenuhnya keliru tetapi perlu perhitungan FR yang tepat sehingga tidaki terjadi kelebihan pakan di tambak karena penanganan kelebihan pakan yang kurang tepat akan menyebabkan masalah yang lain, yaitu tingginya amoniak, H2S dan bloming plankton yang mengakibatkan kegagalan panen. Jadi peningkatan pakan haruslah melihat juga kondisi lingkungan tambak sehingga tidak justru merusak keseimbangan ekosistem yang ada.

Penggunaan biaya pada budidaya Udang memang harus seekonomis mungkin, tetapi ada hal-hal yang tidak bisa dibuat ekonomis apabila berkaitan dengan daya dukung, misalnya pemakaian kincir yang minimal, pakan yang murah (kandungan gizi tidak terpenuhi) dan obat-obatan seadanya dengan tujuan menekan biaya. Sering terjadi petambak mengurangi biaya dengan memangkas biaya tanpa memperhitungkan kebutuhan Udang akan lingkungan yang nyaman untuk hidup sehingga bukanya keuntungan besar yang diperoleh tetapi malah kerugian yang didapat. Jadi diperlukan kepandaian dalam memilah dan memilih mana beban biaya yang bisa diminimalkan dan mana yang harus dimaksimalkan untuk memperoleh hasil panen yang maksimal.

Adakalanya petambak yang pada waktu mengelola tambak dengan jumlah sedikit mendapatkan hasil yang besar ingin segera melakukan ekspansi  dengan pemikiran bila 3 tambak dapat untung misalnya 500 juta tentu apabila 6 tambak pasti untung 1 Milyar, tetapi ternyata malah rugi besar. Hal ini terjadi karena penambahan jumlah tambak tidak disertai dengan penambahan fasilitas, misalnya jumlah tandon untuk sterilisasi air, jumlah teknisi yang mengelola maupun peralatan lain yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan budidaya. Jadi sebelum menambah jumlah perlu dipikirkan apakah sarana budidaya dan sumberdaya mencukupi untuk  pelaksanaanya, karena Budidaya Udang bukanlah pabrik yang apabila bahan 1 kg diproses  jadi 1 kg, maka  bahan 2 kg jika diproses pasti jadi 2 kg.

Demikianlah beberapa anggapan yang perlu diluruskan dalam budidaya Udang sehingga dapat diperoleh hasil panen sesuai dengan yang diharapkan. Uraian di atas adalah pendapat penulis pribadi dari pengalaman di lapangan selama berkecimpung di Budidaya Udang, akhirnya untuk kesuksesan hasil panen diperlukan kerjasama yang harmonis antara pengusaha, pekerja dan semua komponen pendukungnya. Salam Sukses.

Artikel Terkait

1 komentar: