Budidaya
udang Vanamae adalah sebagian jawaban dari berlalunya kejayaan Udang Windu,
dan banyak yang sering bertanya, apakah kejayaan Vanamae akan juga berakhir
seperti Windu? tentulah beragam jawaban yang akan dilontarkan orang menurut
keyakinannya masing-masing.
Semua jaman keemasan akan berakhir apabila kita terlalu “sombong”
dalam menyikapi suatu masalah. Keyakinan diri dalam budidaya Udang itu perlu,
tetapi kesombongan sering menyebabkan kehancuran, keyakinan yang berlebihan
terhadap sistem yang kita terapkan seakan-akan sistem budidaya kitalah yang
paling benar dan paling menjamin keberhasilan merupakan tindakan yang kadang membuat kita tergelincir.
Sistem budidaya apapun namanya adalah kumpulan tindakan
berdasarkan teori budidaya dan serangkaian pengalaman bagi pelakunya bukanlah kitab suci yang tak mungkin salah dalam uraian dan prosedurnya.
Kesalahan mungkin saja terjadi karena lingkungan tambak adalah lingkungan
dinamis yang banyak melibatkan komponen di dalamnya, bergeser satu saja
komponen yang ada akan mempengaruhi keseluruhan ekosistem yang ada.
Teknisi budidaya adalah salah satu dari sekian banyak
komponen yang harus ada di tambak Udang dan sangat menentukan dalam pengambian
keputusan karena itu dituntut untuk arif dalam menerapkan sistem budidaya yang
ada. Beragamnya latar belakang teknisi akan mencerminkan keputusan apa yang
akan diambil dalam memecahkan masalah di lapangan. Teknisi budidaya lahir
dengan beberapa keadaan, ada yang menjadi teknisi karena “harus” menjadi
teknisi tanpa bekal yang memadai sekedar mengetahui alur budidaya yang harus
dilakukan, isi air-tebar-kasih pakan dan panen, ada juga yang lahir dari
lingkungan akademisi yang hanya dipenuhi dengan teori dan rangkaian siklus
kimia dan dasar budidaya yang masih belum aplikatif. Bila keduanya diserahi
mengelola tambak maka kemungkinan yang terjadi adalah: yang tahu prosedur
budidaya akan terus menerapkan pola budidaya yang sama, ketika musim berubah
dan kondisi lingkungan perairan juga berubah maka akan kesulitan memecahkan
masalah, karena apa yang dilakukan kemarin ternyata sudah tidak sesuai dengan
yang terjadi sekarang. Sedangkan yang berasal dari akademisi dan langsung
terjun lebih sering berbicara masalah teori
yang kadang susah diterapkan di lapangan. Idealnya adalah seorang teknisi yang
mengerti ilmu budidaya tetapi juga mengetahui alur budidaya secara jelas,
sehingga bisa menangkap fenomena baru yang terjadi di lapangan tanpa silau
dengan berbagai sistem budidaya yang ada karena pada dasarnya tidak ada sistem
budidaya yang bisa menjamin keberhasilan budidaya 100%, karena sering terjadi
banyak faktor alam yang kadang susah dikendalikan.
Oleh karena itu seorang teknisi haruslah arif dalam
menyikapi setiap perkembangan budidaya yang ada agar tetap “eksis” tidak
terlalu menolak teknologi yang berkembang tetapi juga tidak terlalu menonjolkan
sistem yang dipakai bahwa sistemnyalah yang paling benar. Karena tiap wilayah
tambak memiliki kelebihan dan keterbatasan yang tidak dimiliki oleh wilayah
lain. Jadi carilah teknologi yang cocok dan bisa diterapkan di wilayah tambak
yang kita miliki, dan terus ikuti perkembangan bilamana teknologi kita sudah
tidak mampu mengatasi masalah yang ada. Belajar berkembang itu boleh tetapi
memaksakan sesuatu yang belum tentu cocok dengan keadaan tambak kita adalah
sesuatu yang harus dipertimbangkan. Akhirnya Selamat bekerja semoga sukses.
blognya bagus sekali sangat membantu
BalasHapustolak angin bebas gula