Jumat, 16 Desember 2011

Kearifan dalam budidaya Udang Vanamei



Budidaya udang Vanamae adalah sebagian jawaban dari berlalunya kejayaan Udang Windu, dan banyak yang sering bertanya, apakah kejayaan Vanamae akan juga berakhir seperti Windu? tentulah beragam jawaban yang akan dilontarkan orang menurut keyakinannya masing-masing.

Semua jaman keemasan akan berakhir apabila kita terlalu “sombong” dalam menyikapi suatu masalah. Keyakinan diri dalam budidaya Udang itu perlu, tetapi kesombongan sering menyebabkan kehancuran, keyakinan yang berlebihan terhadap sistem yang kita terapkan seakan-akan sistem budidaya kitalah yang paling benar dan paling menjamin keberhasilan merupakan tindakan yang  kadang membuat kita tergelincir.

Sistem budidaya apapun namanya adalah kumpulan tindakan berdasarkan teori budidaya dan serangkaian pengalaman bagi pelakunya bukanlah kitab suci yang tak mungkin salah dalam uraian dan prosedurnya. Kesalahan mungkin saja terjadi karena lingkungan tambak adalah lingkungan dinamis yang banyak melibatkan komponen di dalamnya, bergeser satu saja komponen yang ada akan mempengaruhi keseluruhan ekosistem yang ada.

Teknisi budidaya adalah salah satu dari sekian banyak komponen yang harus ada di tambak Udang dan sangat menentukan dalam pengambian keputusan karena itu dituntut untuk arif dalam menerapkan sistem budidaya yang ada. Beragamnya latar belakang teknisi akan mencerminkan keputusan apa yang akan diambil dalam memecahkan masalah di lapangan. Teknisi budidaya lahir dengan beberapa keadaan, ada yang menjadi teknisi karena “harus” menjadi teknisi tanpa bekal yang memadai sekedar mengetahui alur budidaya yang harus dilakukan, isi air-tebar-kasih pakan dan panen, ada juga yang lahir dari lingkungan akademisi yang hanya dipenuhi dengan teori dan rangkaian siklus kimia dan dasar budidaya yang masih belum aplikatif. Bila keduanya diserahi mengelola tambak maka kemungkinan yang terjadi adalah: yang tahu prosedur budidaya akan terus menerapkan pola budidaya yang sama, ketika musim berubah dan kondisi lingkungan perairan juga berubah maka akan kesulitan memecahkan masalah, karena apa yang dilakukan kemarin ternyata sudah tidak sesuai dengan yang terjadi sekarang. Sedangkan yang berasal dari akademisi dan langsung terjun lebih sering berbicara masalah  teori yang kadang susah diterapkan di lapangan. Idealnya adalah seorang teknisi yang mengerti ilmu budidaya tetapi juga mengetahui alur budidaya secara jelas, sehingga bisa menangkap fenomena baru yang terjadi di lapangan tanpa silau dengan berbagai sistem budidaya yang ada karena pada dasarnya tidak ada sistem budidaya yang bisa menjamin keberhasilan budidaya 100%, karena sering terjadi banyak faktor alam yang kadang susah dikendalikan.

Oleh karena itu seorang teknisi haruslah arif dalam menyikapi setiap perkembangan budidaya yang ada agar tetap “eksis” tidak terlalu menolak teknologi yang berkembang tetapi juga tidak terlalu menonjolkan sistem yang dipakai bahwa sistemnyalah yang paling benar. Karena tiap wilayah tambak memiliki kelebihan dan keterbatasan yang tidak dimiliki oleh wilayah lain. Jadi carilah teknologi yang cocok dan bisa diterapkan di wilayah tambak yang kita miliki, dan terus ikuti perkembangan bilamana teknologi kita sudah tidak mampu mengatasi masalah yang ada. Belajar berkembang itu boleh tetapi memaksakan sesuatu yang belum tentu cocok dengan keadaan tambak kita adalah sesuatu yang harus dipertimbangkan. Akhirnya Selamat bekerja semoga sukses.

Artikel Terkait

1 komentar: